Maria Louisa Rumateray, Itulah Sosok Dokter Terbang Yang Melayani Kesehatan di Pedalaman Papua

- 14 April 2022, 14:16 WIB
Maria Louisa Rumateray, Itulah Sosok Dokter Terbang Yang Melayani Kesehatan di Pedalaman Papua. Richard (PP)
Maria Louisa Rumateray, Itulah Sosok Dokter Terbang Yang Melayani Kesehatan di Pedalaman Papua. Richard (PP) /

Baca Juga: Sinode GKI di Tanah Papua Kukuhkan Tugu Pekabaran Injil di Jemaat GKI Eben Haezer Demoikisi

  • Selama dalam pelayanan, apa tantangan yang masih diingat, ataukah ada suatu kisah yang paling berkesan, yang dikenangkan oleh kaka dokter, sampai hari ini?

Kalau untuk tantangan, ya tentunya secara topografi dan geografis di Papua yang terbilang unik,  sulit, ekstrim, dan menyeramkan, namun menyenangkan, walaupun pelayanan kita sampai ke pelosok-pelosok pedalaman di Papua, dengan mengunakan helikopter untuk menjangkau orang-orang atau masyarakat  yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Dan hal itu kaka lakukan untuk melayani mereka, kendati pun jauh.      

Tatangan lain itu, dimana orang-orang atau masyarakat yang kaka jumpai, mereka itu takut minum obat.  

“Jadi sebelum kaka berikan obat ke pasien, kaka tanya dulu ke kepala suku apa pantangannya?, dan jika terjadi apa-apa setelah minum obat apakah kaka (kami) kena denda?, dan seumpamanya terjadi efek samping, apa tanggung-jawab saya (kaka) sebagai seorang dokter, berupa tuntutan begitu?,” ujar Dokter Maria Louisa Rumateray, menceritakan.  

Baca Juga: Hengkangnya Kevin Rumakiek dari Persipura, Mengisahkan Tentang Adik dan Kaka Dalam Satu Tim

Karena masih takut, kaka (kami) hanya mengoleskan alkohol dan salep. Kalau hanya oles-oles saja mereka mau.

“Jadi begini, kalau datang ke daerah baru, apalagi seperti di Papua, setidaknya harus memahami dulu topografinya, geografisnya, kulturnya, dan karekternya, dari setiap suku-suku atau masyarakat di Papua. Dan juga harus paham antropologi kesehatan,” sebut Dokter Mia, sapaan akrabnya.  

Tidak bisa langsung datang dan paksa keinginan kita tiba-tiba mengajak dengan nada, ayo ibu-ibu, bapak-bapak, kira-kira besok jam berapa bisa kumpul untuk pengobatan. Tidak ada konsep begitu, dipake di Papua. Kita yang harus menyesuaikan dengan jam-jam dari aktifitas dalam runtinitas mereka hari lepas hari. Disitu baru kita bisa mengajak mereka, untuk pengobatan.  

Baca Juga: Ramai Rumakiek Masih di Persipura Jayapura, Sang Kakak Yang Habis Kontrak!

Kalau kisah yang paling dikenang sampai saat ini, itu disaat orang tua kaka (bapak) meninggal, dimana para majelis dari gereja dihari duka itu, datang untuk melasungkan ibadah pemakaman mendiang sang ayah.

Halaman:

Editor: Richard Mayor


Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x