Siapa Bertelinga Hendaklah Ia Mendengar Baik

- 25 Februari 2022, 15:19 WIB
Ilustrasi telinga berdenging. Dalam Primbon Jawa online, telinga berdenging menunjukkan arti suatu firasat akan terjadi sesuatu, entah berdampak bagi karier atau asmara, baik dan buruk.
Ilustrasi telinga berdenging. Dalam Primbon Jawa online, telinga berdenging menunjukkan arti suatu firasat akan terjadi sesuatu, entah berdampak bagi karier atau asmara, baik dan buruk. /FREEPIK/Karlyukav

PORTAL PAPAUA - Telinga Untuk Mendengar, sehingga “Siapa bertelinga, hendaklah dia mendengar!” Matius 11:15

Baru-baru ini ada kasus seorang mahasiswi yang bunuh diri di samping makam ayahnya. Tentu, kisah ini sangat memilukan karena yang bersangkutan merupakan korban perkosaan dan pemaksaan aborsi.

Sang mahasiswi sempat bicara kepada sanak keluarga yang konon sangat religius di luar. Alih-alih mendapatkan pembelaan atau bantuan, mahasiswi ini malah dikatakan sebagai aib. Merasa tak ada jalan lagi, sang mahasiswi pun memutuskan untuk mengakhiri hidupnya.

 
Sayangnya, meski sudah meninggal, cercaan dan penghakiman masih terus ditujukan kepadanya. Hal ini membuktikan kalau orang-orang cenderung suka marah-marah menghakimi dan tidak mau mendengar masalah apa yang dihadapi seseorang. Hal ini juga dilakukan oleh sanak keluarga yang merupakan orang terdekatnya. Menghakimi tanpa mau mendengar.

Kadangkala, kita juga sering begitu. Alih-alih mendengar, kita lebih suka memberi nasihat panjang lebar lalu menghakimi orang agar mereka mau bertobat. Padahal, alih-alih mereka, jangan-jangan kitalah yang perlu bertobat karena terlalu julid.


Kita perlu tahu, ada perbedaan antara hear (mendengar) dengan listen (menyimak). Mendengarkan dengan saksama itu juga perlu skill. Skill untuk memasang telinga,

skill mendengarkan, skill diam menahan segala argumen, dan lain-lain. Kalau pun kita merasa tidak mampu, lebih baik kita diam atau permisi saja. Kita bisa membantu dengan mendoakan bukan menceramahi. Dengan demikian, orang yang bermasalah tidak akan merasa diserang semua orang.

Jadilah pribadi yang mengedepankan empati terlebih dahulu sebelum memutuskan penghakiman terhadap sebuah permasalahan yang dihadapi seseorang. Sedapat mungkin jadilah pemberi solusi, bukan sekedar pemberi nasihat yang tak jelas juntrungnya.

Yang dibutuhkan orang-orang sekitar kita bukan sekedar nasehat panjang lebar, melainkan sebuah sikap kasih yang mampu memberikan kenyamanan, mengayomi, menuntun, dan memberi semangat untuk hidup lebih baik lagi. Teladanilah Tuhan kita Yesus Kristus dalam merespon si pendosa. Bencilah dosa dan perbuatannya, tapi kasihi orangnya. Amin (PF)

Halaman:

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x