Sebab Kerajaan Allah Bukanlah Soal Makanan dan Minuman, Tetapi Soal Kebenaran

- 16 Februari 2022, 05:14 WIB
Ilustrasi patung Yesus Kristus.
Ilustrasi patung Yesus Kristus. /PIXABAY/Myriams-Foto/

PORTAL PAPUA - Kita pernah mendengar seorang gadis belia yang berasal dari keluarga ningrat di Saudi lalu lari dari keluarga, terdampar di Thailand dan meminta suaka, karena ia murtad. Beritanya ia menjadi atheis.

 

“Sebab Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus” (Roma 14-17).

Ini hanya kasus dipermukaan dan dikabarkan banyak penduduk di negara Muslim  seperti Mesir dan Turki melepas keyakinan mereka dan berubah menjadi atheis.
Bagaimana dengan di lingkungan kita di gereja? Seorang anak di gereja yang hampir lulus kuliah datang kepada saya dan berkata, “Pak sekarang saya seorang freethinker, istilah baru bagi seorang yang tak percaya agama ataupun Tuhan.”

Tanpa menunjukkan perasaan kaget saya bertanya, “Mengapa?” Ia menjawab, “Saya tak percaya adanya neraka. Bukankah Allah itu Maha Kasih? Mengapa Dia  ciptakan neraka? Sekalipun kalau saya nakal, kan tak mungkin ayah saya membuang dan memenjarakan saya? Artinya ayahku lebih baik dari Allah,” katanya. Ia mengalegoriskan Allah dengan ayahnya. Saya memahami, apa yang disampaikan, seorang freethinker biasanya terbentuk karena kekecewaan dengan lingkungan di Gereja, berkombinasi dengan proses berpikir logis yang  diajarkan saat kuliah di universitas.


Lalu saya coba menjelaskan kepada anak ini, “Begini, surga atau neraka bukan berkonotasi tempat, tapi situasi atau suasana atau keadaan. Surga lebih berkonotasi keadaan atau lingkungan yang bersuasana kasih dan damai, sedang neraka adalah lingkungan yang suasana kebencian dan pertikaian. Keadaan neraka  terbentuk karena adanya orang-orang yang berhati panas dan penuh kebencian. Keadaan surga terbentuk karena ada orang-orang yang berhati kasih dan damai. Itu sebabnya seorang yang membiasakan hidup penuh kasih dan damai di bumi, setelah kematian akan dengan sendirinya datang ke surga. Dia tidak betah tinggal di lingkungan neraka. Demikian juga sebaliknya, seorang yang terbiasa hidupnya kacau, selalu berhati panas dan membangun kebencian, setelah kematian ia tak akan tahan hidup dengan lingkungan atau suasana penuh damai dan kemuliaan, tanpa sadar ia akan berlari ke neraka.


Jadi orang itu sendiri yang mengirim dirinya  ke neraka atau surga, bukan Allah. Bukankah dalam bergaul engkau juga mencari lingkungan yang “ sepaham” denganmu? Kalau engkau malas kuliah dan suka berpesta, engkau akan bergaul dengan teman yang  malas kuliah dan suka pesta, dan engkau tak akan suka bergaul dengan lingkungan yang tak cocok dengan kebiasaanmu.


Penjelasannya saya tentang neraka dan surga mungkin perlu kajian yang lebih mendalam, namun penjelasan sederhana ini telah  menyadarkan anak freethinker, bahwa Allah tak sekejam seperti yang ia pahami, yang tak logis dan yang tanpa kasih dengan kemarahan  sengaja menciptakan neraka untuk menghukum yang bersalah. (DD)

Questions:
1. Menurut Anda benarkah Allah kejam sehingga menciptakan neraka?
2. Lalu bagaimana seorang bisa masuk neraka atau surga?

Values:
Sang Raja tak rela walau satu manusia masuk dalam hukuman kekal.

Manusia tak akan berubah menjadi baik karena  ancaman hukuman, tetapi akan berubah menjadi baik jika merasakan kasih yang sejati.


“Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita.”
__ 1 Yohanes 4.10

Tuhan terlebih dahulu mengasihi kita! Dia menawarkan Anak-Nya untuk menyelamatkan kita terlepas dari keputusan kita untuk percaya atau mengabaikan kasih karunia-Nya. Kita diberi kemampuan untuk menerima atau menolak kematian Anak-Nya sebagai korban untuk dosa-dosa kita. Satu hal yang perlu kita sadari bahwa Dia juga mati untuk semua orang di dunia!

Pilihan ada di tangan kita; apakah kita menerima kasih dan pengorbananNya bagi kita dengan hidup dalam kebenaran firmanNya? Ataukah kita memilih untuk menolak kasih dan pengorbananNya bagi kita?. ***

Editor: Eveerth Joumilena


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x